Rabu, 08 April 2015

Tol Cipularang: Ada Ingkar Janji di Km 97



Di ruas tol Cipularang, tepatnya di KM 97, dikenal banyak meminta korban akibat kecelakaan. Jalan tol ini posisinya berada di sekitar Gunung Hejo, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Gunung Hejo dulu menjadi tempat bernaung binatang monyet, tetapi sekarang sudah punah. 

Juru Kunci Gunung Hejo, Jaya Sukaya menuturkan, selama menjadi juru kunci di Gunung Hejo, dia banyak mengalami kejadian mistis. Dia sering dijumpai penunggu gaib penunggu petilasan itu, yaitu Syekh Magelung Sakti. “Perawakan Syek Magelung, tinggi besar, berbaju putih, memakai sorban dan berjenggot,” katanya.

Jaya mengakui, selama ini Gunung Hejo dianggap angker dengan banyak kejadian aneh. Apalagi, setelah ada jalan tol, banyak kecelakaan terjadi di sana. Banyak orang yang menghubungkan kecelakaan dengan keberadaan gaib di gunung Hejo.

“Mungkin saja Syekh Magelung marah, karena pembuat jalan tol ingkar janji. Dulu, katanya akan dibuat musala di Gunung Hejo. Selain itu, juga akan dibuka akses jalan ke Gunung Hejo. Tapi ternyata, sampai sekarang tidak pernah ada realisasinya,” katanya.

Sebelum ada jalan tol, di kawasan sekitar Gunung Hejo adalah ladang dan persawahan yang membentang luas. Masyarakat yang akan ritual ke Gunung Hejo hanya bisa jalan kaki melewati pematang sawah dan jalan setapak di pinggir ladang. Tidak ada jalan untuk mobil ke arah gunung. Jika menaiki sepeda motor, harus hati-hati melewati jalan tanah yang cuma setapak.

Makanya ketika jalan tol mulai dibangun, masyarakat sekitar berharap akan dibuatkan jalan ke arah Gunung Hejo. Keyakinan itu bertambah, ketika pihak pembuat jalan tol berjanji akan membuatkan jalan dan membangun musala. Namun, seperti yang terjadi, janji itu cuma pepesan kosong, jalan dan musala tak pernah terwujud.

“Dengan adanya jalan tol, justru jika memakai sepeda motor akan kesulitan, karena jalannya terpotong. Paling hanya bisa berhenti di pinggir tol, terus jalan kaki lewat terowongan menyeberang ke Gunung Hejo. Jika ingin dekat ke arah gunung, harus memutar jalan yang cukup jauh,” katanya.

Lebih mudah lagi, jika memakai mobil. Peziarah bisa berhenti rest area KM 97, lalu jalan kaki ke arah KM 96.200, dan melompati pagar tol menuju gunung.

Rute jalan ke Gunung Hejo cukup terjal, sekitar satu kilometer naik ke atas. Banyak pohon-pohon besar yang akarnya menjuntai sampai bawah. Lalu, ada jembatan dari kayu untuk naik ke atas.

Jembatan kayu sepanjang sekitar dua meter ini agak rapuh, karena kayunya kena panas dan hujan. Usai melewati jembatan kayu ini tampak petilasan Gunung Hejo yang berupa batu dibungkus kain putih.

“Pada malam Jumat, banyak orang melakukan ritual di sana. Mereka dari berbagai kota seperti Jakarta, Bogor, Karawang, Bandung, bahkan ada yang dari Jawa Tengah," ujar Jaya.

Jaya menjelaskan, peziarah yang akan melakukan pendakian ke Gunung Hejo sebaiknya melakukan doa terlebih dahulu. Kemudian, ketika mulai naik ke gunung mengucapkan salam, ”Assalamualaikum. Berikutnya, saat melewati jembatan kayu juga perlu mengucapkan salam lagi." Ketika sampai di lokasi petilasan, sekali dianjurkan supaya mengucapkan salam.

“Dengan salam itu, kita sebagai peziarah yang datang memperkenalkan diri kepada Syekh Magelung, supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan,” katanya. (asp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar