Dalam salah satu ayat Al Qur’an, dikisahkan tentang Bala Tentara Nabi Sulaiman :
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) (Qs. An-Naml (27) ayat 17).
Menurut Ustadz H. M. Nur Abdurrahman (HMNA), Pasukan burung yang dimaksud ayat di atas adalah pasukan gerak cepat, yaitu pasukan kavaleri dan regu-regu pengintai yang membawa burung-burung untuk komunikasi.
Dimana Perintah dari induk pasukan ataupun laporan ke induk pasukan, dilakukan dengan saling berkirim informasi, melalui surat yang diikatkan pada kaki (tubuh) burung.
Siapa sesungguhnya “Hud-Hud” itu ?
Ada yang berkeyakinan, Nabi Sulaiman bisa bercakap-cakap dengan burung. Mereka percaya Hud-hud sebagaimana dikisahkan di dalam Al Qur’an, adalah se-ekor burung yang istimewa.
Benarkah demikian ?
Mari kita perhatikan, ayat-ayat berikut :
Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. “Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”. (QS. An-Naml (27) ayat 20-21).
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. (QS. An-Naml (27) ayat 22).
Dari ayat di atas, Hud hud, adalah seorang pejabat militer yang penting, dan bukanlah seekor burung, sebagaimana tafsiran sebagian orang. Ketidak-hadirannya tentu membuat marah Nabi Sulaiman.
Beberapa alasan, Hud Hud bukan seekor burung…
(a) Sangat aneh jika seorang raja besar, seperti Nabi Sulaiman, sangat gusar atas ketidak-hadiran se-ekor burung kecil, sehingga berkenan akan menjatuhkan hukuman berat kepada burung tersebut.
Akan lebih logis, jika yang dimaksud Hud Hud itu, adalah seorang pejabat tinggi militer. Hal ini bisa dilihat dari beratnya hukuman, karena kesalahan seorang berpangkat tinggi, bisa berpengaruh kepada disiplin tentara secara keseluruhan.
(b) Nabi Sulaiman adalah seorang yang sangat cerdas, tentu bisa memilah-milah kesalahan pihak lain.
Kalau yang salah itu hanya se-ekor burung, tentu ia memaklumi, karena akal pikiran hewan, tidaklah sebaik manusia.
(c) Hud-hud, ternyata sangat paham akan undang-undang dan keperluan-keperluan negara, dan juga paham sekali mengenai tauhid (lihat QS. An-Naml (27) ayat 23- 26), padahal burung-burung tidak demikian.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Arsy yang besar” (QS. An-Naml (27) ayat 23-26).
(d) Ada yang mempercayai Hud hud yang diceritakan di dalam Al Qur’an, adalah sejenis burung yang memiliki nama Noble Hoopoe atau Eurasian Hoopoe [Upupa epops].
Namun anggapan itu, masih sangat diragukan. Hal ini dikarenakan, burung yang di maksud bukanlah burung penjelajah. Padahal diperkirakan jarak antara Palestina ke Negeri Saba, mencapai sekitar 2.000 km.
Catatan Penambahan :
1. Hudhud dimaknai sebagai seorang petinggi militer, juga merupakan pendapat dari Dr. Ir. Soekmana Soma MSP, M. Eng, di dalam bukunya yang berjudul “Ada apa dengan ulama?: pergulatan antara dogma, akal, kalbu & sains“.
Di dalam bukunya tersebut, Soekmana Soma berpendapat :
Kata thair dalam QS. An-Naml (27) ayat 17, berasal dari kata thara, yang berarti terbang dan dapat juga berarti kuda (Shaik Nasr Abu’l Wafa’, The Qamus).
Oleh karenanya, terjemahan QS. An-Naml (27) ayat 17 adalah ::
“Dan dihimpun kehadapan Sulaiman balatentaranya, (yang terdiri) dari kabilah pegunungan yang telah ditaklukkan (jin), pasukan darat (manusia), dan pasukan berkuda (thair), dan mereka dibentuk menjadi beberapa golongan”.
Sementara terjemahan QS. An-Nam (27) ayat 20 :
“Dan ia (Sulaiman) memeriksa barisan thair, lalu berkata : Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia tidak hadir?”
Dengan demikian kata “tafaqqadatthaira” mestinya di-interpretasikan memeriksa barisan berkuda. Sementara Hudhud adalah nama seorang Petinggi Militer, yang kebetulan tidak hadir, dalam momen yang sangat penting, sehingga membuat Nabi Sulaiman marah.
Selanjutnya Nabi Sulaiman berkata :
“Aku pasti akan menghukum dia (Hudhud) dengan hukuman yang pedih, atau kubunuh dia, kecuali ia memberikan alasan yang jelas” (QS. An-Naml (27) ayat 21).
Dari ayat ini jelas Hudhud adalah manusia biasa, bukan seekor burung. Sebab logikanya : apakah pantas seorang Nabi, memarahi seekor burung ?
2. Dengan memperhatikan ayat Al Qur’an :
“Dan ia (Sulaiman) memeriksa barisan thair, lalu berkata : Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia tidak hadir?”
“Aku pasti akan menghukum dia (Hudhud) dengan hukuman yang pedih, atau kubunuh dia, kecuali ia memberikan alasan yang jelas” (QS. An-Naml (27) ayat 20-21).
Hudhud adalah bagian dari barisan thair. Dan jika kita mengartikan barisan thair itu sebagai Pasukan Burung, apakah Hudhud harus seekor burung ?
Sama halnya, dengan Pasukan Kuda, apakah pemimpinnya harus seekor Kuda ?
Dengan demikian, Hudhud tidak harus seekor burung, Hudhud juga bisa manusia biasa, yang merupakan bagian dari Pasukan Burung.
3. Berdasarkan kajian dari Ustadz H.M. Nur Abdurahman, Nabi Sulaiman adalah seorang yang mengerti mantiq burung, yakni memahami makna kicau, gerak-gerik dan perangai serta kebiasaan burung.
Pada masa sekarang ini ada sebuah disiplin ilmu yang disebut
ethology (jangan dikacaukan dengan ecology), yaitu ilmu yang berhubungan
dengan perangai binatang (animal behavior), terutama yang berhubungan
dengan habitatnya.
Dalam Abad yang lalu ada Sulaiman modern yang bergelar “The Bird Man of Al Catraz”, yaitu seorang penghuni/narapidana di penjara Al Catraz yang faham dan ahli betul dalam hal ethology khusus untuk burung.
WaLlahu a’lamu bishshawab
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) (Qs. An-Naml (27) ayat 17).
Menurut Ustadz H. M. Nur Abdurrahman (HMNA), Pasukan burung yang dimaksud ayat di atas adalah pasukan gerak cepat, yaitu pasukan kavaleri dan regu-regu pengintai yang membawa burung-burung untuk komunikasi.
Dimana Perintah dari induk pasukan ataupun laporan ke induk pasukan, dilakukan dengan saling berkirim informasi, melalui surat yang diikatkan pada kaki (tubuh) burung.
Siapa sesungguhnya “Hud-Hud” itu ?
Ada yang berkeyakinan, Nabi Sulaiman bisa bercakap-cakap dengan burung. Mereka percaya Hud-hud sebagaimana dikisahkan di dalam Al Qur’an, adalah se-ekor burung yang istimewa.
Benarkah demikian ?
Mari kita perhatikan, ayat-ayat berikut :
Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. “Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang”. (QS. An-Naml (27) ayat 20-21).
Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. (QS. An-Naml (27) ayat 22).
Dari ayat di atas, Hud hud, adalah seorang pejabat militer yang penting, dan bukanlah seekor burung, sebagaimana tafsiran sebagian orang. Ketidak-hadirannya tentu membuat marah Nabi Sulaiman.
Beberapa alasan, Hud Hud bukan seekor burung…
(a) Sangat aneh jika seorang raja besar, seperti Nabi Sulaiman, sangat gusar atas ketidak-hadiran se-ekor burung kecil, sehingga berkenan akan menjatuhkan hukuman berat kepada burung tersebut.
Akan lebih logis, jika yang dimaksud Hud Hud itu, adalah seorang pejabat tinggi militer. Hal ini bisa dilihat dari beratnya hukuman, karena kesalahan seorang berpangkat tinggi, bisa berpengaruh kepada disiplin tentara secara keseluruhan.
(b) Nabi Sulaiman adalah seorang yang sangat cerdas, tentu bisa memilah-milah kesalahan pihak lain.
Kalau yang salah itu hanya se-ekor burung, tentu ia memaklumi, karena akal pikiran hewan, tidaklah sebaik manusia.
(c) Hud-hud, ternyata sangat paham akan undang-undang dan keperluan-keperluan negara, dan juga paham sekali mengenai tauhid (lihat QS. An-Naml (27) ayat 23- 26), padahal burung-burung tidak demikian.
Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai ‘Arsy yang besar” (QS. An-Naml (27) ayat 23-26).
(d) Ada yang mempercayai Hud hud yang diceritakan di dalam Al Qur’an, adalah sejenis burung yang memiliki nama Noble Hoopoe atau Eurasian Hoopoe [Upupa epops].
Namun anggapan itu, masih sangat diragukan. Hal ini dikarenakan, burung yang di maksud bukanlah burung penjelajah. Padahal diperkirakan jarak antara Palestina ke Negeri Saba, mencapai sekitar 2.000 km.
Catatan Penambahan :
1. Hudhud dimaknai sebagai seorang petinggi militer, juga merupakan pendapat dari Dr. Ir. Soekmana Soma MSP, M. Eng, di dalam bukunya yang berjudul “Ada apa dengan ulama?: pergulatan antara dogma, akal, kalbu & sains“.
Di dalam bukunya tersebut, Soekmana Soma berpendapat :
Kata thair dalam QS. An-Naml (27) ayat 17, berasal dari kata thara, yang berarti terbang dan dapat juga berarti kuda (Shaik Nasr Abu’l Wafa’, The Qamus).
Oleh karenanya, terjemahan QS. An-Naml (27) ayat 17 adalah ::
“Dan dihimpun kehadapan Sulaiman balatentaranya, (yang terdiri) dari kabilah pegunungan yang telah ditaklukkan (jin), pasukan darat (manusia), dan pasukan berkuda (thair), dan mereka dibentuk menjadi beberapa golongan”.
Sementara terjemahan QS. An-Nam (27) ayat 20 :
“Dan ia (Sulaiman) memeriksa barisan thair, lalu berkata : Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia tidak hadir?”
Dengan demikian kata “tafaqqadatthaira” mestinya di-interpretasikan memeriksa barisan berkuda. Sementara Hudhud adalah nama seorang Petinggi Militer, yang kebetulan tidak hadir, dalam momen yang sangat penting, sehingga membuat Nabi Sulaiman marah.
Selanjutnya Nabi Sulaiman berkata :
“Aku pasti akan menghukum dia (Hudhud) dengan hukuman yang pedih, atau kubunuh dia, kecuali ia memberikan alasan yang jelas” (QS. An-Naml (27) ayat 21).
Dari ayat ini jelas Hudhud adalah manusia biasa, bukan seekor burung. Sebab logikanya : apakah pantas seorang Nabi, memarahi seekor burung ?
2. Dengan memperhatikan ayat Al Qur’an :
“Dan ia (Sulaiman) memeriksa barisan thair, lalu berkata : Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia tidak hadir?”
“Aku pasti akan menghukum dia (Hudhud) dengan hukuman yang pedih, atau kubunuh dia, kecuali ia memberikan alasan yang jelas” (QS. An-Naml (27) ayat 20-21).
Hudhud adalah bagian dari barisan thair. Dan jika kita mengartikan barisan thair itu sebagai Pasukan Burung, apakah Hudhud harus seekor burung ?
Quote:
|
Quote:
|
3. Berdasarkan kajian dari Ustadz H.M. Nur Abdurahman, Nabi Sulaiman adalah seorang yang mengerti mantiq burung, yakni memahami makna kicau, gerak-gerik dan perangai serta kebiasaan burung.
Quote:
Sebagaimana bunyi dari QS. Al Naml (27) ayat 16 : Wa Qa-la Ya-ayyuha- nNa-su ‘Ullimna- Manthiqa thThayri. Berkata (Sulaiman): hai manusia, telah diajarkan kepada kami logika burung. |
Dalam Abad yang lalu ada Sulaiman modern yang bergelar “The Bird Man of Al Catraz”, yaitu seorang penghuni/narapidana di penjara Al Catraz yang faham dan ahli betul dalam hal ethology khusus untuk burung.
WaLlahu a’lamu bishshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar